Kopi Kenya – Afrika

Setelah mendaki gunung Kilimanjaro, kita lanjutkan perjalanan ke Kenya. Bisa dibilang, kopi Kenya banyak disukai di German karena acidity yang kuat, khas Afrika. Kopi Kenya mudah ditemui bahkan di supermarket lokal. Rewe merupakan salah satu merk swalayan lokal di German. Dari informasi kolega yang asli orang Kenya, kondisi alamnya mirip Indonesia. Setelah saya lihat di peta, ternyata Kenya berada di garis lintang khatulistiwa. Bahkan jambu biji pun termasuk tanaman native disana, yang sedang diteliti oleh kolega tersebut.

Kopi Kenya

Kopi Kenya

Kebanyakan perusahaan atau coffee menggunakan kopi Kenya sebagai blending, dan biasanya ditambah dengan kopi Brazil agar acid dan wangi. Kopi Indonesia hanya sedikit digunakan sebagai campuran untuk menambah crema dan rasa, karena bagaimanapun bold atau rasa kental dari kopi Indonesia tidak tergantikan oleh origin lain. Jika saya membuatkan kopi Indonesia untuk kolega, misal 100% Jawa atau Mandheling, mereka biasanya komentar kopinya enteng dan manis. Mereka terbiasa dengan kopi strong macam kopi Kenya karena memang itu favorite di German. Memang ditengah suasana dingin (hangat hanya beberapa hari dalam setahun), dengan loading kerja tinggi, kita akan butuh kopi yang maknyus dan mantab agar suasana meriah dan mata terjaga tidak mengantuk ;-).

Situasi petani kopi Kenya mirip juga dengan Indonesia. video di bawah ini menggambarkan cerita bagaimana kopi Kenya bekerja keras untuk mendapatkan nafkah dari perkebunan kopinya. dan mereka juga melakukan multiple cropping agar selalu ada persediaan makan setiap saat. Mereka juga minim pengetahuan bagaimana cara budidaya kopi yang baik. Tentu dengan adanya penyuluhan yang mereka butuhkan, harapannya bisa memproduksi kopi dengan baik serta ada jamianan pasar. Jika kopi Kilimanjaro disertifikasi oleh GEPA, maka kopi Kenya oleh UTZ. UTZ tidak hanya mensertifikasi kopi tetapi produk lain seperti kakao. Tujuannya adalah menjamin keberlangsungan bisnis komoditas dengan penekanan pada aspek praktek pertanian dan  manajemen yang baik serta memperhatikan kondisi kehidupan sosial dan lingkungan.

Selain kopi, saya mengenal Afrika terutama Kenya melalui Azonto. Pernah dengar? Azonto merupakan tarian kreasi baru, sebenarnya diciptakan di Ghana tetapi menjadi wabah dimana-mana termasuk Kenya. Sepertinya di Indonesia belum populer. Oleh kolega dari Afrika kita sempat diajari tari Azonto dalam suatu acara internasional. Ide tariannya adalah menggunakan gerakan sehari-hari seperti melipat baju, mencucui piring, mengetik, mencukur rambut dan lain-lain dan tentu dengan gerakan yang lentur dan heboh. Luar biasa mereka, sepertinya menari sudah ada dalam DNAnya. Sedangkan kita, terutama saya menari dengan gerakan cukup memalukan 🙂 penasaran seperti apa (tentu merupakan suatu aib jika mengupload video tari diri sendiri 😉 ), silahkan ikut menari bersama mengikuti irama lagu dari video berikut. Siapa tahu jadi nge “hits” di Indonesia dan anda bisa ikut lombanya di Afrika sana….

Location: Göttingen, German

Time: December 2015

 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.