Kehilangan potensi hasil panen padi

Potensi hasil panen tergantung varietas yang ditanam, teknik budidaya serta faktor lingkungannya. Walau padi yang ditanam merupakan varietas yang sama, beda lokasi bisa jadi menghasilkan jumlah panen yang berbeda. Karena itu, sebelum varietas dilepas, biasanya diadakan uji lokasi untuk melihat pengaruh genetik x lingkungan. Untuk melihat data detil mengenai potensi hasil padi beserta deskripsi varietas, silahkan merujuk ke sistem informasi plasma nutfah padi dari Kementan.

sistem informasi plasma nutfah padi

Rata-rata produkstifitas padi nasional adalah sekitar 5.5 ton/ ha, kita bulatkan saja 6 ton/ ha. Tentu ada varietas tertentu yang memiliki potensi produksi bahkan bisa mencapai 10-12 ton/ ha, tapi ini dengan catatan menggunakan breeder seed, pupuk yang berimbang, penanganan hama dan penyakit yang mantab, kondisi lingkungan dan pengairan yang tepat, serta diawasi oleh professor serta doktor pertanian. Ketika benih itu sudah entah turunan ke berapa, kemudian dibawa ke lahan pertanian yang seringkali tidak optimal kondisinya, apakah produktifitasnya tetap 10-12 ton/ ha? I do not think so….. Di beberapa data agak membingungkan, kadang tidak tegas angka tersebut apakah gabah kering panen (GKP) atau gabah kering giling (GKG). GKP dan GKG merupakan dua mahluk yang berbeda.

Syukur kalau petani bisa menghasilkan 6 ton GKG/ ha. Jika harga GKG Rp 4rb, maka petani bisa mendapatkan hasil penjualan Rp 24 juta. Dengan biaya produksi rata-rata Rp 12 juta untuk biaya pupuk, pestisida, benih, sewa lahan, pengairan, tenaga kerja, dan lain-lain, maka potensi penghasilan petani padi adalah sekitar Rp 12 juta/ ha. Kalau dari mulai persiapan lahan sampai proses pascapanen sampai jadi GKG membutuhkan waktu paling cepat 4 bulan, maka potensi penghasilan per bulan sekitar Rp 3 juta. Tidak buruk, mirip-mirip gaji pegawai pemerintah. Nah, kalau mengelola 2 ha, akan lebih mantab lagi.

Permasalahannya adalah, kondisi ideal tersebut seringkali tidak tercapai. Mulai dari ongkos produksi yang meloncat karena permainan “mafia” pupuk. Entah juga siapa yang disebut mafia, yang pasti petani tidak bisa mendapatkan pupuk pada jumlah dan waktu yang tepat dengan harga subsidi. Kenapa begitu? biarkan satgas pangan, KPPU, dan pihak keamanan mengusutnya. Saya memberikan kemungkinan jalan keluarnya di artikel mengenai permasalahan subsidi input pertanian.

Pengairan juga salah satu titik krusial. Banyak saluran irigrasi yang rusak, serta pembangunan bendungan yang mangkrak. Ini bukan perkara mudah untuk membangun bendungan, kemudian saluran irigasi primer, sekunder sampai tersier, kemudian merawatnya agar tetap berfungsi 100%. Percuma dibangun tetapi tidak dirawat. Gulma akan tumbuh disepanjang aliran pengairan, saluran retak bahkan pecah dan ambruk. Untunglah pemerintahan saat ini perhatian terhadap hal-hal seperti ini, walau terus dinyinyiri untuk apa bangun infrastruktur. Biarkanlah segelintir orang-orang kota itu yang hidupnya sudah nyaman, terus berisik di medsos, karena ya hanya itu mampunya. Kenyataannya, bangunan infrastruktur dari mulai bendungan, embung sampai jalanan desa dan jalanan pertanian serta fasilitas listrik sangat bermanfaat untuk masyarakat desa dan daerah terdepan Indonesia yang selama ini cukup terabaikan. Maka nikmat pembangunan infrastruktur mana lagi yang mau kau dustai?

Bendungan selain untuk menyimpan air untuk pengairan dan objek wisata yang bisa menghasilkan pendapatan bagi masyarakat sekitar, juga bisa berfungsi sebagai pengendali banjir. Yup, seringkali seminggu sebelum panen, banjir melanda. Petani menangis melihat hasil kerja kerasnya hancur sesaat sebelum panen. Untungnya lagi, sekarang banyak pemimpin daerah yang peduli terhadap rakyatnya. Salah satunya adalah Bupati Suyoto dari Kabupaten Bojonegoro, Jatim. Disaat 6 kepala daerah di propinsi yang sama kena OTT (operasi tangkap tangan) KPK, Bupati Suyoto sukses mengabdikan dirinya untuk kemajuan rakyatnya. Dari daerah yang termasuk salah satu kabupaten miskin di Indonesia, Bojonegoro sukses mentransformasikan dirinya sehingga menjadi kabupaten contoh di tingkat dunia, bersaing dengan Surabaya dan Jakarta. Sayang kiprah kesuksesan pemimpin daerah yang mantab begini tertutupi oleh hiruk pikuk pemberitaan mengenai Jakarta. Nah, dengan bendungan yang dibangun atas dasar keihklasan petani memberikan lahannya, aparat pemerintah termasuk aparat keamanan, dengan dana apbd yang sangat minim, mereka berhasil membangun tanggul sepanjang 14 km, embung dan bendungan serta menyelamatkan sawah petani dari banjir tahunan serta kekeringan setelahnya karena tidak ada air, yang sudah dianggap sebagai takdir. Dengan kepemimpinan yang amanah, masyarakat yang apatis bisa berubah menjadi masyarakat yang maju dan dinamis. Mudah-mudahan kesuksesan ini bisa ditularkan ke daerah lain di seluruh Indonesia, sehingga kita menjadi negara yang dahsyat.

Hama dan penyakit tanaman (HPT) juga tidak kalah mengerikannya. Bisa menyebabkan gagal panen dan menyebabkan bencana. Dan kejadian serangan HPT ini bisa secara terstruktur, sistemasis dan masif, kadang secara tiba-tiba macam serangan fajar bagi-bagi sembako pagi hari menjelang nyoblos pilkada. Seringkali pestisida tidak berguna saat kejadian. Jika tungro selalu menjadi momok menakutkan, tikus tidak kalah mengerikan. Hmm… untuk hama rambut hitam, sepertinya kurang berbahaya karena tidak gampang untuk panen padi lalu membawanya pergi dari sawah dalam waktu singkat da tanpa ketahuan orang lain. Yang bisa dilakukan untuk meminimalkan serangan HPT adalah pengaturan pola tanam, manajemen waktu, manajemen pengendalian HPT, pemilihan teknologi budidaya dan varietas spesifik lokasi serta banyak berdoa dan bayar zakat setelah panen. Ini situasi manusia versus alam, tidak mudah bukan berarti manusia tidak bisa menaklukkan alam. Dan manusia bisa menaklukkan alam bila mempunyai ilmu pengetahuan tentangnya.

Tahun 2017 kemarin, hal-hal yang menyebabkan kehilangan potensi panen terjadi juga, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Yang membuat saya khawatir, sekitar bulan Juli-Agustus, serangan wereng terjadi lumayan dahsyat. Saya sempat berdiskusi dengan beberapa kolega mengenai situasi ini, dan mengenai kemungkinan harus impor beras, paling tidak bulan Desember karena gagal panen. Karena kerjakeras semua pihak termasuk petani tentu saja, kita suplus panen walau tipis. Dan walau ada pihak-pihak yang nyinyir bahwa datanya salah, lalu pihak yang sama kemudian bilang kita banyak panen padi kenapa tetap impor. Tapi Ah sudahlah, kita sudah bahas hal ini pada artikel mengenai memviralkan foto panen padi. Dan impor tetap terjadi, yup, untuk mengisi stok beras di gudang bulog yang menipis, sudah dibawah 1 juta ton,dan kalau tidak impor? it is very dangerous…….

 

Location: Göttingen, German

Time: February 2018

 

 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.