Perintis, Bukan Pewaris

Ketika memulai perjalanan riset dalam kelompok baru, kita memulai segala sesuatunya dari scratch. Kami tidak mewarisi asset, dana, proyek atau fasilitas. Dengan keahlian berbeda, rentang umur 35 tahun mulai dari generasi baby boomers, gen x, the millenials sampai gen Z, tentu ada perbedaan pengalaman dan sudut pandang. Seru. But yet, kami merintis perjalanan riset ini.

Setiap person mengambilnya peran masing-masing. Ibarat menjalankan sebuah kapal selam, harus ada yang mengurus mesin dan listrik, ada yang menjaga supply makananan dan air, yang lain sebagai navigator dan pembaca peta, pegang kemudi, menyiapkan torpedo, menjaga buritan dan tentu nahkoda yang harus membuat keputusan.

Perjalanan riset yang dimulai dari tahun 2022, mulai terlihat wujudnya minggu ini. Prototipe yang kami buat ini tentu jauh dari sempurna. Namun, dengan menyalanya display pada meeting kelompok riset di minggu ini, merupakan milesstone tahapan kegiatan. Tahap pertama ini kita melakukan karakterisasi tanah, pemodelan dan pembuatan prototipe. Sebuah kerja keras dan kerja cerdas dari masing-masing anggota. Saya pun belajar bersama tim, bagaimana menciptakan produk inovasi dari nol. Mulai dari perancangan, sampai eksekusi.

“Produk belum sempurna, kok sudah dipromosikan?” Justru produk itu harus cepat diketahui publik, untuk mendapatkan masukan-masukan dan perbaikan secara terus menerus. Tidak akan ada produk sempurna, yang ada adalah proses penyempurnaan secara terus menerus. Anngap saja sebagai trailler film, sebelum film resmi direlease dan bisa dinikmati bersama-sama. Sementara ini, ya masih proses editing dan rendering.

Tentu jargon ini tidak berlaku untuk semua produk ya. Seperti pesawat terbang, ya harus dipastikan keamanannya secara mendekati 100% sebelum dibolehkan membawa penumpang atau barang, karena terkait nyawa. Setiap bagian pesawat, harus dipastikan kualitas dan keamanannya. Demikian juga makanan atau obat, harus dipastikan keamanannya, jangan jadi racun bagi orang atau hewan yang mengkonsumsinya.

Dan sebagai tanggungjawab publik kami, karena riset ini didanai oleh pajak rakyat melalui skema RIIM 2 dengan sponsor LPDP, kami sangat terbuka menerima kritikan-kritikan. Tahapan pertama penelitian ini akan segera kami laporkan dalam bentuk LPJ. Kritikan standar dari orang-orang adalah, “kalian ini kan ga ada yang mengerti tanah, kok berani-beraninya bikin alat ini!” ya memang kami tidak ada yang mengerti tentang tanah, makanya kami bermitra dengan pihak yang mengerti tanah toh……

Design alat juga sudah kami daftarkan untuk mendapatkan HaKI, serta beberapa draft patent terkait sedang disiapkan. Masih panjang perjalanan prototipe ini agar bisa nanti diproduksi oleh UMKM sampai ke tangan penyuluh pertanian dan petani. Tujuan akhirnya adalah, petani bisa melakukan pemupukan berimbang, sehingga kerusakan lingkungan dapat ditekan serendah mungkin. Margin keuntungan petani meningkat, beban alam akibat eutrofikasi dan acidifikasi pun berkurang. Semua senang. Masih ingat global boiling pada artikel sebelumnya?

Buat yang suka julid sama karya orang… Mundur wir…. Kami Perintis, Bukan Pewaris….. 🙂

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.